Perusahaan penyedia panel surya kini terus melakukan inovasi untuk menghadirkan sejumlah teknologi anyar, mulai dari efisiensi penyerapan tenaga surya, penyimpanan energi listrik dari panel surya serta teknologi desain panel surya. Selama tahun 2019 saja beragam inovasi panel surya terjadi mulai dari desain panel surya yang mulai didesain lebih estetik, jalanan dengan teknologi photovoltaics yang mampu memberikan penerangan sendiri pada malam hari, baterai yang lebih efisien, hingga pemurni air dengan tenaga surya.
Terlepas dari beragam inovasi terbaru yang dihasilkan oleh perusahaan penyedia panel surya, energi matahari menyimpan potensi yang besar untuk menghasilkan energi listrik di Indonesia. Berada di garis khatulistiwa dengan melimpahnya sinar matahari setiap harinya, Indonesia punya potensi besar untuk memaksimalkan energi surya untuk dikonversikan sebagai energi listrik terpadu.
Berdasarkan data dari Kementerian ESDM pada tahun 2012, rasio elektrifikasi di Indonesia hanya sekitar 74% saja. Angka tersebut dinilai masih kurang mengingat kebutuhan akan energi listrik jadi semakin penting seiring dengan revolusi industri 4.0 yang sudah ada didepan mata. Semakin ironi karena mayoritas dari rasio tersebut disumbang oleh energi listrik yang bersumber dari PLTU batu bara.
Jika merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Andhy, Agya dan Mandau dalam jurnalnya yang berjudul “A Technical and Economic Potential of Solar Energy Application with Feed-in Tariff Policy in Indonesia”, Indonesia sebetulnya punya potensi besar untuk memanfaatkan energi surya sebagai penghasil energi listrik utama. Pernyataan tersebut berdasar pada data radiasi surface meteorology and solar energy (SSE) NASA selama tahun 1985-2005. Data tersebut menyatakan bahwa wilayah Makassar merupakan daerah dengan potensi radiasi matahari tertinggi sebesar 5,88 kWh/m2/harinya. Sementara itu, Medan jadi kota dengan potensi terendah sebesar 4,55 kWh/m2/harinya. Jika dirata-rata setiap daerah di Indonesia punya potensi radiasi matahari diatas 4 kWh/m2/harinya sehingga menjadikan energi matahari sebagai salah satu sumber daya potensial untuk menghasilkan energi listrik.
Potensi besar energi matahari di Indonesia juga bisa dilihat dari sisi ekonomi melalui periode pengembalian modal dari pemasangan perangkat panel surya. Berdasarkan penelitian tersebut, Makassar jadi kota dengan durasi pengembalian modal tercepat yakni 11 tahun sementara Banjarmasin jadi yang terlama yakni 17,6 tahun. Secara finansial, durasi tersebut tergolong layak terutama dalam jangka waktu yang panjang. Hanya saja, besarnya nilai investasi di awal membuat aplikasi panel surya sebagai pembangkit listrik belum popular dilakukan di Indonesia saat ini. Walau demikian, perusahaan penyedia panel surya kini mampu menghadirkan produk berkualitas dengan garansi yang terjamin.
Selain besarnya potensi Indonesia untuk mengkonversikan energi matahari menjadi energi listrik, mengingat letak geografis yang strategis, energi listrik dari panel surya juga tergolong ramah lingkungan. Hal ini bisa menjadi nilai tambah mengingat isu lingkungan jadi perbincangan yang hangat belakangan ini. Selain itu, energi listrik dari cahaya matahari juga bisa diandalkan karena merupakan energi terbarukan yang tidak akan habis. Para pelaku industri perlu mempertimbangkan betul penggunaan panel surya sebagai sumber energi listrik utama maupun cadangan dalam menjalankan bisnisnya.
Agar dapat membangun pembangkit listrik tenaga surya secara mandiri, sebaiknya serahkan proses pemasangan kepada perusahaan penyedia panel surya yang telah berpengalaman. Kami menyediakan dan memenuhi kebutuhan anda untuk beralih ke tenaga surya demi menghemat biaya tagihan listrik anda.
Untuk melihat informasi selengkapnya mengenai segala manfaat dan keuntungan menggunaan panel surya yang kami jual, anda bisa mengunjungi website kami dengan cara klik tombol dibawah ini.
Comments